Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEMUHAMMADIYAHAN 5.2.B.

 

MENGENAL TOKOH-TOKOH MUHAMMADIYAH

Marilah kita terlebih dahulu mengenal tokoh-tokoh Muhammadiyah agar kita bisa meneladaninya.

B.  KI BAGUS HADIKUSUMO

            Ki Bagus Haikusumo lahir di Yogyakarta, 24 November 1890 dan meninggal di Jakarta, 4 November 1954 pada usia 63 tahun.   Beliau adalah tokoh BPUPKI ( Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). 

            Beliau mendapat pendidikan sekolah rakyat (kini SD) dan pendidikan agama di pondok pesantren tradisional Wonokromo Yogyakarta.  Beliau mahir dalam sastra Jawa, Melayu, dan Belanda yang di dapat dari Ngabehi Sasrasoeganda.  Dan belajar bahasa Inggris dari tokoh Ahmadiyah yang bernama Mirza Wali Ahmad Baig.

Ki Bagus pernah menjadi:

1.      Ketua Majelis Tabligh (1922) 

2.      Ketua Majelis Tarjih

3.      Anggota komisi MPM Hoofdbestuuur Muhammadiyah (1926)

4.      Ketua PP Muhammadiyah (1942-1953)

Selain itu, beliau sempat aktif mendirikan perkumpulan sandiwara dengan nama Setambul.  Bersama kawan-kawannya mendirikan klub bernama Kauman Voetbal Club (KVC) yang kelak menjadi Persatuan Sepak Bola Hizbul Wathan (PSHW).

Pada tahun 1937, Ki Bagus diajak oleh Mas Mansyur untuk menjadi Wakil Ketua PP Muhammadiyah.  Pada tahun 1942, ketika KH Mas Mansyur dipaksa Jepang untuk menjadi ketua Putera (Pusat Tenaga Rakyat), beliau menggantikan posisi ketua umum hingga tahun 1953.

Semasa menjadi pemimpin Muhammadiyah, beliau termasuk dalam anggota BPUPKI dan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).  Ki Bagus sangat besar peranannya dalam perumusan Muqadimah UUD 1945 dengan memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaan, dan keadilan.  Pokok-pokok pikirannya tersebut disetujui oleh semua anggota PPKI.

Adapun karya tulis dari Ki Bagus Hadikusumo adalah:

1.      Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin

2.      Risalah Katresnan Djati (1935)

3.      Poestaka Hadi (1936)

4.      Poestaka Islam (1940)

5.      Poestaka Ichsan (1941)

6.      Poestaka Iman (1954)

Setelah meninggal, Pemerintah Republik Indonesia menetapkan beliau sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan Nasional Indonesia.

Nah, sekarang kalian cukup membaca dan memahami materi di atas ya, serta kalian catat hal - hal yang menurut kalian penting di buku tulis!

"Semangat Membaca"